Seni dan Desain: Sama atau Beda?

Dalam era modern ini, batas-batas keilmuan semakin kabur. Salah satu diantaranya adalah seni dan desain. Banyak seniman yang mengeksplorasi elemen desain dalam karya mereka, dan desainer yang menarik inspirasi dari dunia seni. Diskusi yang berkepanjangan telah banyak dilakukan oleh orang-orang yang memandang bahwa seni dan desain sebenarnya sama saja. Keduanya merupakan bentuk ekspresi visual yang dipengaruhi unsur-unsur seni seperti titik, garis, bentuk, warna, tekstur, volume, dan ruang. Anggapan orang-orang yang menyamakan seni dengan desain, bagi mereka seni adalah desain dan desain adalah seni. Namun jika ditinjau lebih jauh, apakah itu semua benar?, Apa yang membedakan diantara keduanya?, Dimana letak persamaan dan perbedaan diantara keduanya?
Di dalam dunia kreatif, istilah "seni" dan "desain" sering kali digunakan secara bergantian, saling melengkapi, dan bersinggungan satu sama lain. Ternyata, keduanya memiliki makna dan tujuan yang berbeda. Seni, dengan segala ekspresi emosional dan kebebasan kreatifnya, sering kali berfungsi sebagai medium untuk mengekspresikan pandangan pribadi dan menggugah perasaan. Di sisi lain, desain cenderung lebih pragmatis, Dimana ia menempatkan diri untuk menyelesaian masalah dan memenuhi kebutuhan pengguna melalui solusi yang fungsional dan estetis.
Seni rupa digunakan sebagai ekpresi visual dengan pertimbangan estetis, sedangkan desain dimaknai sebagai ekpresi visual estetis yang mempertimbangkan aspek kegunaannya. Nah, disinilah yang menyebabkan seorang pembuat desain atau desainer perlu mendapatkan client atau pihak pengguna untuk masukan keinginan mereka dan pertimbangan lain. Menurut Miklos Philips, “Jika anda bekerja dengan para desainer profesional dan anda menyamakan seni rupa dengan desain, maka anda akan mendapatkan respon yang tegas semacam ini: ‘desain bukanlah seni rupa, desain harus berfungsi;’ ‘perupa bekerja seacara naluriah, sedangkan desainer bekerja berdasarkan metode yang berbasis data.’ ”
Menurut Trochut seorang perupa yang sekaligus desainer menyatakan jika:
(1.) Desain memecahkan masalah, sedangkan seni rupa mengungkapkan pertanyaan;
(2.) Desain bersifat konklusif sedangkan seni rupa justru membuka perdebatan;
(3.) Desain bagaikan aktor yang mengikuti naskah/skenario sedangkan seni rupa bagaikan penulis yang menafsirkan secara bebas jalan cerita;
(4.) Desain merupakan gagasan penemuan solusi sedangkan seni rupa merupakan isi suara batin
(5.) Desain menuntut penerimaan khalayak sedangkan seni rupa hanya tergantung keinginan sendiri
(6.) Desain adalah tindakan empati sedangkan seni rupa adalah Tindakan kebebasan.
Seni rupa memang dapat disamakan dan dibedakan dengan desain. Seni rupa dan desain merupakan wujud estetis melalui media visual. Perupa dan desainer mempunyai misi yang sama untuk menciptakan karya melalui ide-ide yang dimilikinya. Di lain sisi, seni rupa dan desain dibedakan atas alasan khusus. Perupa mempunyai kemudahan tertentu untuk menarasikan karya yang dibuatnya tanpa campur tangan dari orang lain. Sedangkan desainer mempunyai keterbatasan tertentu dengan menerima keinginan pelanggan untuk mewujudkan Impian dari pelanggan tersebut namun tetap dengan menghadirkan sentuhan seni dari desainer tersebut.
Ilutrasi desain dan seni. Kiri: gambar seni yang mengandalkan goresan manual. Kanan: gambar desain dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
Dalam kesimpulannya, seni dan desain, meskipun memiliki tujuan dan pendekatan yang berbeda, saling melengkapi dalam dunia kreativitas. Seni mengekspresikan emosi dan ide-ide subjektif, sedangkan desain berfokus pada solusi praktis dan fungsionalitas. Namun, keduanya berbagi elemen dasar seperti komposisi, warna, dan bentuk yang mampu memengaruhi perasaan serta pengalaman visual kita. Dengan memahami perbedaan dan persamaan ini, kita dapat lebih menghargai karya-karya kreatif di sekitar kita, serta peran penting yang dimainkan oleh seni dan desain dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kolaborasi dan interaksi antara keduanya, kita dapat menciptakan inovasi yang tidak hanya estetis, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat.
Kontributor: Dewi Ihza Fitriani