Sorotan International Expert Sharing Meeting: Kreativitas Berkelanjutan melalui Tradisi Lokal

Pada tanggal 13 Desember 2024, International Experts Sharing Meeting diadakan secara daring dengan tema "Cultural Creativity from an Educational Perspective." Di antara para pembicara dari beberapa kampus di Asia Tenggara, Pak Pungki Siregar atau yang lebih akrab kita kenal sebagai Pak Ipung dari Pendidikan Seni Rupa - Universitas Negeri Surabaya turut serta berbicara sebagai salah satu pemateri dengan presentasinya yang berjudul "Kreativitas Berkelanjutan: Bagaimana Tradisi Lokal Dapat Menginspirasi Solusi Global."
Kegiatan ini terlaksana atas kerja sama dengan Go Study (Lembaga Pendidikan Internasional dari China), CATECP (China-Asean Technical Education Cooperation Platform), serta SEAMEO TED. Kolaborasi ini memperkuat upaya bersama untuk mempromosikan keberagaman budaya dan inovasi pendidikan di kawasan Asia Tenggara.
Gambar 1. Poster Kegiatan
Mengawali sesi ini, Pak Ipung mengulas secara mendasar hubungan antara tradisi lokal dan praktik berkelanjutan (Sustainability practice). Beliau menyoroti bagaimana masyarakat di seluruh dunia telah mengembangkan metode yang sadar lingkungan yang tertanam dalam kerajinan, arsitektur, dan ritual selama berabad-abad. Dalam pembahasan ini Pak Ipung juga memberikan beberapa contohnya, seperti berikut :
- Praktik Minim Limbah: Kerajinan tradisional sering mengutamakan nol limbah dengan memanfaatkan bahan alami dan terbarukan seperti bambu, rotan, dan pewarna alami.
- Kerajinan Ramah Energi: Ritual dan kerajinan memanfaatkan metode berkelanjutan, seperti pembakaran tembikar berenergi rendah atau glasir alami.
- Arsitektur Ramah Energi: Gaya bangunan lokal menggunakan sumber daya terbarukan dan beradaptasi dengan lingkungan, menawarkan solusi untuk tantangan arsitektur berkelanjutan modern.
Selanjutnya, Pak Ipung juga menekankan peran pengetahuan tradisional sebagai sumber inovasi dalam seni dan desain. Beliau menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana contoh praktis yang telah disampaikan sebelumnya bukan hanya dapat melestarikan budaya tetapi juga mendorong inovasi berkelanjutan dalam skala global. Melalui langkah yang lebih spesifik, Pak Ipung juga menyampaikan pentingnya mengintegrasikan pengetahuan tradisional ke dalam kurikulum pendidikan untuk menginspirasi generasi pemikir dan pencipta yang berkelanjutan. Beliau mengusulkan beberapa strategi sebagai berikut:
1. Memasukkan Tradisi ke dalam Kurikulum: Memberdayakan siswa untuk mengembangkan solusi praktis yang terinspirasi oleh pengetahuan tradisional.
2. Pembelajaran Lintas Disiplin: Mendorong siswa untuk mengeksplorasi hubungan antara seni, sains, dan keberlanjutan.
3. Pembelajaran Berbasis Lapangan: Membenamkan siswa dalam komunitas lokal untuk memahami dan menerapkan praktik tradisional secara langsung.
Dengan cara ini, pendidikan dapat menumbuhkan kesadaran lingkungan, empati terhadap keragaman budaya, dan keterampilan pemecahan masalah yang inovatif di kalangan siswa.
Gambar 2. Dokumentasi kegiatan
Sebagai penutup, Pak Ipung mengajak peserta untuk merefleksikan bagaimana tradisi lokal di komunitas mereka masing-masing dapat menjadi sumber untuk menghadapi tantangan keberlanjutan global. Beliau menekankan bahwa dengan menggali inspirasi dari warisan budaya, masyarakat dapat menciptakan solusi inovatif dan berkelanjutan yang menghormati tradisi dan kebutuhan modern.
Sesi ini menjadi pengingat yang kuat akan kekuatan kreativitas budaya dalam mendorong masa depan yang lebih berkelanjutan.
Gambar 3. Dokumentasi kegiatan